KAJIAN SEJARAH SOSIAL


PENGANTAR SEJARAH SOSIAL 


Oleh:

Sufandi Iswanto, M.Pd.


              Pengertian Sejarah Sosial
Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata syajaratun (dibaca syajarah), yang memiliki arti pohon kayu. Pengertian pohon kayu di sini adalah adanya suatu kejadian, perkembangan atau pertumbuhan tentang sesuatu hal (pertisiwa) dalam suatu kesinambungan (kontinuitas).[1] Dalam arti lainnya sejarah tidak selalu didefinisikan dengan kelampauan (history is past actuality). Hanya dalam arti umum adalah kenyataan dari masa lampau.[2] Sedangkan untuk sosial (social) sendiri dapat diartikan dengan yang berkenaan dengan perilaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial.[3] Namun dilihat pada ilmu sosial, kata sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat.  Jika digabungkan antara sejarah dan sosial maka dapat diartikan kenyataan masa lampau dari sebuah masyarakat  akan perilaku dan segala proses-proses yang terjadi dalam masyarakat.
Sejarah sosial adalah sejarah yang memusatkan perhatian kepada masyarakat yang terabaikan, terasingkan, atau termarjinalkan yang merupakan aktor sejarah sosial. Peran-peran masyarakat dalam sebuah peristiwa dimasa lampau menjadi fokus bahasan sejarah sosial. Sejarah sosial sendiri bertolak belakangan dengan sejarah politik, karena dalam sejarah politik lebih memusatkan perhatian kepada tokoh-tokoh besar dalam kajiannya maupun studinya.
Dalam konotasinya perkembangan sejarah sosial merupakan sebagai sejarah perjuangan kelas pada umumnya, dan sangat berdekatan dengan arti bahwa sejarah sosial sebagai sejarah gerakan sosial. Masalah gerakan sosial tentu saja mencakup banyak kelompok, seperti gerakan serikat buruh, gerakan kaum sosialis, gerakan kaum nasionalis, gerakan emansipasi wanita, gerakan anti perbudakan, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Sartono Kartodirdjo yang mengartikan sejarah sosial secara luas, menganggap setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu komunitas atau kelompok, dan inilah disebut sebagai sejarah sosial.[4]
Dalam sejarahnya, lahirnya ilmu sosial (sejarah sosial) pada abad ke-20 adalah reaksi terhadap dominasi sejarah politik.[5] Sehingga sejarah sosial sering disebut merupakan gejala baru dalam penulisan sejarah sebelum Perang Dunia I. Munculnya gagasan menulis Sejarah Sosial pada abad ke-20 merupakan suatu reaksi terhadap dominasi Sejarah Politik selama abad ke-19 yang hanya menulis golongan atas saja.
Dalam kajian sejarah sosial memusatkan perhatian pada struktur sosial masyarakat. Seperti halnya lapisan masyarakat kota dan desa dicermati untuk melihat golongan-golongan sosial yang beragam seperti elite, bangsawan, pedagang, buruh, petani, dan seniman.[6] Dengan demikian sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang luas, selain penulisan tetang lapisan masyarakat kota dan desa dalam penulisan sejarah sosial juga bisa mengkaji masalah perubahan pada masyarakat tradisional ke modern.

Kajian Histori Sejarah Sosial dan Perbedaannya dengan Sosiologi
1.     Kajian Histori Sejarah Sosial
Berawal dari abad ke-18 bahwa waktu itu sosiologiwan dan sejarawan tadak ada perselisihan. Karena sosiologi sendiri pada saat itu belum merupakan disiplin ilmu. Namun, pada mulanya antara abad ke-19 dan awal abad ke-20, sangat sedikit sekali sejarawan menaruh perhatian pada isu-isu sosial, dan malah sosiologiwan lebih cenderung menganggap sejarah tidak cukup canggih dalam metode dan teorinya.[7] Sebenarnya sejarawan dan sosiologiwan (khususnya) adalah tetangga yang tak selalu akur. Padahal secara intelektual mereka merupakan tetangga deka, dimana seperti halnya (antropologiwan) sama-sama menaruh perhatian pada masyarakat secara keseluruhan beserta seluruh aspek perilaku manusia. Untuk hal ini mereka memang berbeda dari ahli ekonomi, geografi, atau para spesialis bidang kajian politik atau keagamaan.
Sebelum abad ke-19 sebenarnya sejarah sosial pernah berkembang. Diakhir abad ke-19 sejarawan yang dipuja di Barat adalah Leopold Von Ranke. Ranke merupakan sejarawan yang menolak sejarah sosial walaupuan itu tidak secara langsung, tapi dari buku-bukunya mencerminkan ketidaksetujuannya terhadap sejarah sosial. Pada saat itu pula penulisan sejarah politik lebih dominan kembali. Ada beberapa alasan sejarah sosial ditinggal dan dapat dijelaskan sebagai berikut;
1. Pada saat itu pemerintah di Eropa memandang sejarah sebagai alat untuk meningkatkan persatuan bangsa, pendidikan kewarganegaraan, atau sebagainya dan ada yang mengatakan sebagai alat propaganda kaum nasionalis. Seperti Spanyol dan Perancis masih terpecah-belah oleh tradisi kedaerahan, dan disekolah dan universitas diajarkan sejarah nasional untuk terciptanya integrasi politik. Di Jerman sejarawan memiliki kedekatan dengan pemerintah.
2.   Sejarah politik bersifat intelektual dan revolusi Ranke merupakan revolusi tentang sumber dan metode. Dimana suatu perubahan yang terjadi dari penggunaan sejarah lama atau kronik ke penggunaan arsip resmi pemerintah. Mereka menganggap sejarah mereka lebih objektif dan ilmiah dibandingan sejarah terdahulu. Pada saat itu pula di universitas dibuat jurnal dengan menggunakan arsip resmi.
3.   Karya sejarawan sosial dianggap tidak profesional bila dibandingkan dengan karya sejarawan Ranke. Sejarawan sosial masih dianggap tertinggal.
Namun terjadinya evolusi akan adanya saling membantu antara ilmu sosial (sejarah) dengan sosiologi dengan menggunakan teori sosial, dan dalam pembahasannya tentang perubahan dalam masyarakat dan menolak hanya menulis politik. Pada awal abad ke-20, Marc Bloch dan Febvre beserta mazhabnya yang disebut dalam majalah Annales (di Perancis) merintis sejarah sosial dengan menerbitkan “Feudal Society”. Mereka ini juga mengkritik sejarawan tradisional dan mereka inilah yang memiliki ambisi untuk mengganti sejarah politik menjadi sejarah yang lebih manusiawi dan luas.
Pada akhirnya sejarah sosial pada paruh abad ke-20 telah mendapat perhatian serius dan cukup lama di Perancis dan Amerika Serikat dan disana hubungan antara sejarah sosial dan teori sosial amat akrab. Pada saat ini juga kebanyakan sejarawan sosial berorientasi teori, misal Jepang, Uni Soviet, atau di Brazil.

2.    Perbedaan Sejarah Sosial dengan Sosiologi
Sosiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang masyarakat manusia, dengan titik berat pada perampatan (generalisasi) struktur masyarakat serta perkembangannya. Sedangkan sejarah lebih cocok didefinisikan sebagai studi tentang masyarakat manusia dalam arti jamak, dengan titik berat pada perbedaan-perbedaan antar masyarakat dan perubahan-perubahan di masing-masing masyarakat dari waktu ke waktu.
Namun pada perkembangannya seperti di Inggris antara sosiologiwan dan sejarawan tidak akur dan saling memandag jelek dan tidak mau menyadari kekurangganya masing-masing. Seperti pandangan sejarawan terhadap sosiologiwan sebagai orang yang suka menggunakan “istilah selingkuhan” yang kasar dan abstrak untuk menyatakan hal-hal yang sudah jelas; tidak memiliki waktu dan tempat, membuat kategori yang kaku. Sebaliknya, sejak lama kalangan sosiologiwan menganggap sejarawan sebagai tukang kumpul fakta amatiran yang rabun, tidak mempunyai sistem dan metode, dan ketidak akuran datanya lalu dicocokkan dengan kekurangan kemampuan mereka dalam menganalisisnya.
Mereka tidak sadar jika profesi yang berbeda maka metalitas atau pola pikir masing-masing dibangun melalui proses pelatihan atau sosialisasinya sendiri. Seperti halnya sosiologiwan dilatih untuk mengamati atau merumuskan aturan-aturan yang umum dan kerap mengabaikan perkeculaian dan keunikan. Sejarawan terbiasa mencermati detail-detail yang kongkret, tetapi mengabaikan pola-pola umum.

              Karakteristik Kajian Sejarah Sosial
Sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang luas. Dalam pengertian sejarah sosial tepatnya banyak yang bisa dikerjakan atau diteliti oleh seorang sejarawan. Tema-tema kajian sejarah sosial pada dasarnya memiliki karakteristik tentang gambaran semua aspek kehidupan masyarakat tanpa aspek politik.[8] Seperti tulisan Bapak sejarah Herodotus dalam Persian War menulis berbagai aspek kehidupan masyarakat Athena yang komprehensif. Selain itu tulisan sejarawan sosial Inggris, Trevelyan dalam English Sosial History yang menggambarkan semua aspek kehidupan masyarakat tanpa memasukkan aspek politik.
Tema lain yang ada di Indonesia adalah tulisan Sartono Kartodirdjo dalam Peasants Revolt of Banten in 1888. Penulisan tentang pemberontakan petani Banten ini merupakan penulisan sejarah sosial pertama yang ditulis dalam historiografi Indonesia. [9]
Dalam penulisan sejarah tentu memiliki karakteristiknya masing-masing, seperti itu pula dengan kajian sejarah sosial. Adapun karakteristik kajian sejarah sosial dapat dilihat dari berbagai sudut seperti;
1. Kebanyakan sejarah sosial mempunyai hubungan erat dengan sejarah ekonomi, sehingga menjadi semacam sejarah sosial-ekonomi.[10]
2.      Memiliki kerangka utuh dalam kajiannya.
3.  Kajian sejarah sosial mengambil masalah fakta sosial, seperti; tema kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas, dan sebagainya.
4.    Kajian lainnya kebalikan dari poin ke tiga yaitu seperti; kelimpah ruahan, kesalehan, kekesatriaan, pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi, dan sebagainya.
5.   Mengkaji tentang golongan miskin, gelandangan, petani, pedagang, buruh, seniman, dan bangsawan.
6.      Mengkaji tentang perubahan sosial dampak dari akulturasi.
7.      Mengkaji modernisasi dengan adanya aksi.
8.      Ruang lingkupnya kecil/mikro dan lokal.
9.   Mengkaji masalah gender/kaum perempuan, perbedaan warna kulit, kajian etnik, kecenderungan seksual, dan sebagainya.
10.  Karena mengkaji tentang masyarakat maka dibantu oleh ilmu sosial lainnya seperti Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, Politik, Hukum, Psikologi,

Pokok Bahasan Sejarah Sosial
Ada beberapa pokok bahasan sejarah sosial seperti:
1)     Fakta sosial
-          Kemiskinan
-          Perbanditan
-          Kekerasan
-          Kriminalitas
2)     Sejarah Sosial dalam pengertian Historiografi Marxitis (golongan sosial bawah)
-          Gerakan Buruh
-          Gerakan Petani
-          Gerakan Mahasiswa
3)     Protes gerakan agama
-          Aliran Ideologi
4)     Perubahan
-          Pertumbuhan Penduduk
-          Migrasi
-          Demografi
5)     Sejarah sosial juga mencakup sejarah kota; terkait dengan penampilan golongan sosial yang tinggal di kota:
-          Kaum pedagang
-          Kaum Pengusaha
-          Kaum Buruh
-          Rakyat Jelata
-          Kaum Elite
6)     Sejarah sosial tentang golongan elite dari lifestyle;
-          Golongan Bangsawan
-          Golongan Borjuis
-          Elite Birokratif
-          Golongan Militer
-          Golongan Aristokrasi
7)     Golongan Underdog;
-          Pengembara
-          Gelandangan
-          Perampok
-          Pengemis
8)     Gaya Hidup dari sebuah peradaban;
-          Arsitektur Rumah
-          Model Pakaian
-          Jenis Masakan/Makanan
-          Kehidupan Keluarga
-          Pergaulan Lingkungan Sosial
-          Sastra
-          Kesenian
-          Hukum
-          Adat
-          Tatakerama
9)     Masalah Gender (Fenimisme);
-          Warna Kulit

     Contoh Tema Sejarah Sosial
1.      Masyarakat Pedesaan
-          Sejarah Sosial Pedesaan Onderafdelling Aceh Tengah (1904-1942)
-          Sejarah Sosial Pedesaan Karesidenan Semarang (1830-1900) Oleh Djoko Suryo
-          Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial Pedesaan Surakarta. Oleh Suhartono W.P
2.      Patologi, Perbanditan, dan Kriminalitas
-          Perbanditan Pedesaan di Jawa (1850-1942) Oleh Suhartono W.P
-          Bandit dan Pejuang di Aceh Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)
3.      Gerakan Sosial
-          Pemberontakan Petani Banten 1888, Oleh Sartono Kartodirdjo
4.      Protes Gerakan Agama
-          Perlawanan Pangeran Diponogoro
5.      Gaya Hidup
-          Kehidupan Keraton Surakarta (1830-1930)
6.      Arsitektur
-          Kebudayaan Indis di Aceh
7.      Seni
-          Seni dalam Kehidupan Masyarakat Gayo dan Perubahannya

Note: Sejarah sosial memerlukan usaha yang membuat kerangka utuh tentang masyarakat (total/global) sejarah masyarakat sebagai keseluruhan.

              METODE, TEORI  DAN PENDEKATAN SEJARAH SOSIAL
A.   Metode
    Metode adalah cara atau prosedur untuk mendapatkan objek. Selain itu, metode juga merupakan cara untuk membuat atau mengerjakan sesuatu dalam suatu sistem yang terencana dan teratur. Jadi metode selalu erat hubungannya dengan prosedur, proses, atau teknik yang sistematis untuk melakukan penelitian disiplin tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan objek penelitian.
    Berbeda halnya dengan metodologi, yang didefinisikan sebagai ilmu atau kajian tentang metode. Dengan kata lain metodologi merupakan ilmu yang menganalisis prinsip-prinsip, prosedur-prosedur yang khusus menuntun peneliti untuk sebuah disiplin ilmu tertentu. Metodologi sendiri mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode.
    Dalam kajian sejarah sosial tentu juga tidak lepas dari metode, adapun metode yang digunakan dalam penelitian sejarah sosial adalah metode sejarah. Metode sejarah merupakan cara yang digunakan untuk mengadakan penelitian terhadap data dan fakta yang objektif agar sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga dapat terbukti dengan secara ilmiah. Dan kadang kalanya dalam sejarah sosial juga menggunakan metode sejarah kritis yakni proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dari masa lampau yang mendasarkan pada empat tahap pokok, yakni:
1.  Heuristik, merupakan langkah-langkah mencari sumber atau data. Data-data yang dikumpulkan berupa dokumen, arsip, data yang diperoleh melalui wawancara, maupun studi pustaka yang relevan dengan tema dan permasalahan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:
a.       Studi dokumen
Studi dokumen guna untuk memperoleh sumber yang berkaitan dengan peneliti. Dimana dokumen berfungsi untuk menguji dan memberikan fakta untuk memperoleh pengertian historis tentang fenomena khusus.
b.      Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan guna bertujuan untuk mendapatkan data yang bersifat teoritis dan sebagai pelengkap sumber data yang tidak terungkap dari sumber primer. Seperti buku, majalah, koran, artikel, jurnal dan sumber skunder lainnya yang relevan.
c.       Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan dari seorang narasumber (informan). Gunanya untuk mendapatkan keterangan dan data dari individu-individu tertentu untuk keperluan informasi, dan wawancara untuk mendapatkan keterangan mengenai data diri pribadi, pandangan dari individu yang diwawancarai untuk keperluan komparatif. Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang saling berkepentingan guna meng-crosschek keabsahan data.
2.   Tahap kedua adalah kritik sumber, ini bertujuan untuk mencari otoritas atau keaslian data-data yang diperoleh. Langkah yang dilakukan dengan dua cara antara lain;
a.       Kritik Intern dilakukan dengan cara menguji isi sumber baik melalui verivikasi dengan sumber lain atau dengan menyesuaikan (relevansi) antara data dengan pristiwa.
b.      Kritik Ekstern dilakukan dengan melalui melihat bentuk fisik data sehingga data yang diperoleh benar-benar layak, otentik, dan memiliki kredibilitas untuk digunakan.
3.   Tahap ketiga adalah Interprestasi atau penapsiran, yaitu menafsirkan keterangan-keterangan yang saling berhubungan dengan fakta-fakta yang diperoleh. Analisa data merupakan hal yang dibutuhkan dalam penafsiran data yang sudah terkumpul dengan suatu pola, kategori, dan uraian sehingga dapat ditemukan kerangka berfikir yang mendukung hipotesa kajian. Penulisan ini menganalisa dengan teknik analisa kualitatif sehingga menghasilkan suatu bentuk tulisan deskriptif analisis.
4.   Tahap keempat adalah Historigrafi, yaitu proses penulisan sejarah sebagai langkah akhir dari pristiwa.

B.  Teori dalam Sejarah Sosial
    Teori merupakan kaidah yang mendasari suatu gejala yang sudah dilakukan verifikasi. Selain itu teori adalah keyakinan atau prosedur yang diajukan sebagai dasar tindakan; suatu prinsip atau dasar untuk bertindak. Namun pada dasarnya teori merupakan ide-ide yang terorganisasikan mengenai suatu kebenaran, yang ditarik dari sejumlah fakta yang berhungan dengan itu.
    Karena sejarah sosial mengkaji tentang masyarakat dengan cakupan yang sangat luas bukan dalam arti ruang lingkup yang luas. Maka teori yang digunakan dalam penulisan sejarah sosial adalah teori-teori ilmu sosial, seperti;
a.       Sosiologi
b.      Antropologi
c.       Filsafat
d.      Psikologi
e.       Geografi
f.        Ilmu Ekonomi
g.       Ilmu Politik



[1] Dadang Supardan. 2009. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah kajian Pendekatan Struktural. (Jakarta: Bumi Aksara). hlm. 287.
[2] Suhartono W.P. hlm. 3.
[3] Soekanto. 1993. Kamus Sosiologi. Edisi Baru. (Jakarta: Raja Grafindo). hlm. 464.
[4] Sartono Kartodirdjo. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.(Jakarta: Gramedia Pustaka Umum). hlm. 50.
[5] Suhartono W.P. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Graha Ilmu). hlm. 68.
[6] Ibid. 68.
[7] Peter Burke. 2001. Sejarah dan Teori Sosial. Diterjemahkan oleh Yayasan Obor Indonesia. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia). hlm. xiv.
[8] Ibid. 68.
[9] Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Tiara Wacana). hlm. 40.
[10] Ibid. hlm. 40.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HISTORIOGRAFI KOLONIAL